letihku menunggu hadirnya
menusuk nusuk dan menyayat perih
seperti silet yg menyayat kulit ari di pipi
perih dan menyakitkan hati
menusuk nusuk dan menyayat perih
seperti silet yg menyayat kulit ari di pipi
perih dan menyakitkan hati
berdiri dengan sisa tenaga
untuk menantinya dalam jalan yg gelap
seperti berjalan dalam mimpi
melayang dan jasad telah mati
untuk menantinya dalam jalan yg gelap
seperti berjalan dalam mimpi
melayang dan jasad telah mati
kerinduanku bukan tak beralasan
kecemburuanku bukan tak terindahkan
cintaku dan rinduku ada disana
meraih semangat untuk mencintaiku
kecemburuanku bukan tak terindahkan
cintaku dan rinduku ada disana
meraih semangat untuk mencintaiku
sampai kapan bumi akan berputar
sementara aku sudah enggan
bangun dari mimpi pun tak
apalagi untuk menunggumu
sementara aku sudah enggan
bangun dari mimpi pun tak
apalagi untuk menunggumu
bila nanti kau datang
berikan aku sedikit jiwamu
untuk melangkah kita bersama
dalam kehidupan bersama
berikan aku sedikit jiwamu
untuk melangkah kita bersama
dalam kehidupan bersama
SEDIHKU ..
Sepercik cinta yang dulu hangatkanku
Kini menjadi kobaran pilu yang membakar hatiku
Setitik kasih yang dulu sejukkanku
Kini menjadi lautan resah yang menenggelamkan renungku
Puisi kesedihan menjadi tempatku bercurah
Walau mungkin perasaan ini masih membuncah
Puisi kesedihan kini tempatku mengeluh
Mengeluh untuk hatiku yang lusuh
Kini menjadi kobaran pilu yang membakar hatiku
Setitik kasih yang dulu sejukkanku
Kini menjadi lautan resah yang menenggelamkan renungku
Puisi kesedihan menjadi tempatku bercurah
Walau mungkin perasaan ini masih membuncah
Puisi kesedihan kini tempatku mengeluh
Mengeluh untuk hatiku yang lusuh
AKHIR SEMUANYA ..
Cinta mengalir bersama sampah-sampah
berbaur di antara kotor-kotor dan bau busuk
Nurani terjual pasar murah,
Hina dan ternoda...
Duniaku di penuhi dendam,
Udaraku di racuni kebencian,
Tanahku di taburi nista,
Pepohonanku berbunga dusta,
...Cakrawala di ambang Qiamat.
Na'udzubillah...
berbaur di antara kotor-kotor dan bau busuk
Nurani terjual pasar murah,
Hina dan ternoda...
Duniaku di penuhi dendam,
Udaraku di racuni kebencian,
Tanahku di taburi nista,
Pepohonanku berbunga dusta,
...Cakrawala di ambang Qiamat.
Na'udzubillah...
PEDIHNYA AKHIR CINTAKU ..
Daun kuning menanti berguguran,Pun
akhirnya tak membujuk...
Sedang Kasih dan sayang seakan telah luluh lantak
di injak kuncup,di telan layu
meronta tinggalkan jejak derita
Untuk si mekar tak sempurna
Lalu angin kehidupan yang terlalu memilih menunggu
mengibaskan,dan kemudian
menjatuhkannya ke tanah ibu pertiwi
yang tanpa setetespun dunia ikut menangis
Sedang si mekar tak sempurna tertidur lelap tanpa derita
menunggu sang Malaikat dengan seribu pertanyaannya
yang akhirnya
Si mekar tak sempurna telah binasa tak berdaya...
yang tanpa di kenang,
ataupun menjadi kenangan.
akhirnya tak membujuk...
Sedang Kasih dan sayang seakan telah luluh lantak
di injak kuncup,di telan layu
meronta tinggalkan jejak derita
Untuk si mekar tak sempurna
Lalu angin kehidupan yang terlalu memilih menunggu
mengibaskan,dan kemudian
menjatuhkannya ke tanah ibu pertiwi
yang tanpa setetespun dunia ikut menangis
Sedang si mekar tak sempurna tertidur lelap tanpa derita
menunggu sang Malaikat dengan seribu pertanyaannya
yang akhirnya
Si mekar tak sempurna telah binasa tak berdaya...
yang tanpa di kenang,
ataupun menjadi kenangan.
MAWAR TERAKHIR ..
Saat dalam tatapanmu
damai merasuk relung jiwa
saat menikmati senyumu
hilang segala luka lara
masih terngiang ikrar terucap
Saat saat ku terima mawar merah dari tanganmu
biar pun seribu kabut menghalang
selamanya ku ingin dekat denganmu
kini semuanya tinggal kenangan
mawar itu telah mewangi,selamanya akan abadi
kembali ku sentuh mawar kenangan
tangis mengguncang seluruh tubuhku
tak ku sangka,itu mawar terakhir
dari sekian banyak mawar yang pernah kau berikan.
DUNIA TAK PERNAH ADIL ..
Aku hanya terdiam,
atas pernyataan yang kau utarakan tempo hari
Karna tak ada satupun kenyataan yang berpihak pada hatiku...
denyut-denyut kesesalan mengenalmu,
iringi debaran-debaran yang terpendam dalam dada.
Tajamnya mata ini mengiring kebencian,
kebencian ini pun meruncing
seperti runcingnya ujung Panah yang saat ini ku pegang...
yang sampai saat ini aku tahan untuk satu arah,
sampai saat waktu semakin terlihat kasat dan kelam...
sampai akhirnya,
rasa benci dan rasa dendam kalahkan cinta dan ketulusan...
hingga akhir hayatmu,
jasadmu harus terdiam dan mati dengan ujung panahku,
dan hidupmu berakhir oleh runcingnya dendamku.
KETIKA KAU PERGI ...
Setelah kau hilang,
semua akan segera usai...
usai pula rasa ini,
usai pula harap ini,
hanya saja luka yang kau gores,
akan tetap membekas iringi rasa benci di hati,
yang kesekian kali harus menari
di penghujung runcingnya hari,dan di sepanjang tajamnya malam.
Aku berteriak di sepinya hari,
Aku bernyanyi di sunyinya malam,
Aku menari dalam kehampaan
tiada lelah terus ku mainkan,
hingga akhirnya semua tentangmu benar-benar hilang...
AKU TAK PERNAH ADA ...
Kau acuhkan aku,
tak pernah anggapku ada.
Kau selalu tampakan semu,
Hanya kepalsuan yang kau balaskan...
Aku selalu berharap ada hari-hari yang menyenangkanku,
Walau sesaat,
dan walau harus hilang bersama redupnya mentari di penghujung hari...
Aku pun selalu berharap ada malam yang bisa menyenangkanku,
walau sesaat,
dan harus hilang seiring pagi menjelang...
Aku ingin selalu bersamamu
walau keadaan akhirnya tentukan lain,
sampai keadaan itu menyatakan
bahwa kemungkinan itu benar-benar tak mungkin.
damai merasuk relung jiwa
saat menikmati senyumu
hilang segala luka lara
masih terngiang ikrar terucap
Saat saat ku terima mawar merah dari tanganmu
biar pun seribu kabut menghalang
selamanya ku ingin dekat denganmu
kini semuanya tinggal kenangan
mawar itu telah mewangi,selamanya akan abadi
kembali ku sentuh mawar kenangan
tangis mengguncang seluruh tubuhku
tak ku sangka,itu mawar terakhir
dari sekian banyak mawar yang pernah kau berikan.
DUNIA TAK PERNAH ADIL ..
Aku hanya terdiam,
atas pernyataan yang kau utarakan tempo hari
Karna tak ada satupun kenyataan yang berpihak pada hatiku...
denyut-denyut kesesalan mengenalmu,
iringi debaran-debaran yang terpendam dalam dada.
Tajamnya mata ini mengiring kebencian,
kebencian ini pun meruncing
seperti runcingnya ujung Panah yang saat ini ku pegang...
yang sampai saat ini aku tahan untuk satu arah,
sampai saat waktu semakin terlihat kasat dan kelam...
sampai akhirnya,
rasa benci dan rasa dendam kalahkan cinta dan ketulusan...
hingga akhir hayatmu,
jasadmu harus terdiam dan mati dengan ujung panahku,
dan hidupmu berakhir oleh runcingnya dendamku.
KETIKA KAU PERGI ...
Setelah kau hilang,
semua akan segera usai...
usai pula rasa ini,
usai pula harap ini,
hanya saja luka yang kau gores,
akan tetap membekas iringi rasa benci di hati,
yang kesekian kali harus menari
di penghujung runcingnya hari,dan di sepanjang tajamnya malam.
Aku berteriak di sepinya hari,
Aku bernyanyi di sunyinya malam,
Aku menari dalam kehampaan
tiada lelah terus ku mainkan,
hingga akhirnya semua tentangmu benar-benar hilang...
AKU TAK PERNAH ADA ...
Kau acuhkan aku,
tak pernah anggapku ada.
Kau selalu tampakan semu,
Hanya kepalsuan yang kau balaskan...
Aku selalu berharap ada hari-hari yang menyenangkanku,
Walau sesaat,
dan walau harus hilang bersama redupnya mentari di penghujung hari...
Aku pun selalu berharap ada malam yang bisa menyenangkanku,
walau sesaat,
dan harus hilang seiring pagi menjelang...
Aku ingin selalu bersamamu
walau keadaan akhirnya tentukan lain,
sampai keadaan itu menyatakan
bahwa kemungkinan itu benar-benar tak mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar